Resum : Pelatihan Belajar Menulis
Pertemuan : 2, Gelombang 23 dan 24
Narasumber : Ibu Sri Sugiastuti, M.Pd. (Ibu Kanjeng)
Moderator : Helwiyah
"Menjadikan
Menulis Sebagai Passion"
Kita semua tentu tahu, bahwa manusia hidup memiliki
kebutuhan pokok, berupa pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan tersebut tak
dapat ditunda-tunda pemenuhannya. Seandainya kebutuhan tersebut kita tunda
apakah yang akan kita alami? Misalkan kebutuhan makan. Tanpa makan kita akan
kelaparan. Ujung-ujungnya kita tak mampu melakukan aktivitas apapun.
Hari
ke- 2 diklat belajar menulis, narasumber
Ibu Sri Sugiastuti, M.Pd. mengajak kita untuk menjadikan menulis suatu
kebutuhan. Dengan demikian kita harus memenuhi kebutuhan itu.
"Menjadikan Menulis Sebagai Passion", Karena suatu gairah itu tidak akan pernah padam,
selalu membakar kita untuk selalu
menulis dan menulis. Tanpa menulis, maka sesuatu menjadi kurang....
Orang yang memiliki
gairah biasanya kreatif, penuh semangat dan selalu bahagia karena memiliki
banyak harapan... Kebahagiaan yang dimiliki memotivasi untuk selalu berkarya
dengan tanpa beban.
Kita harus selalu
bersyukur dengan apa yang kita miliki, talenta yang Tuhan berikan, harus bangga
dengan potensi diri yang dimiliki. Tindak lanjutnya adalah
mengasah dan melejitkan
potensi tersebut seoptimal mungkin.
Menulis Menjadi Passion yang menjanjikan,
kemampuan menulis ini dipandang sebagai indikator intelektualitas dan
kematangan berpikir, hingga saat ini, profesi penulis adalah salah satu
pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara social.
Di sisi lain banyak kendala dan hambatan dalam menulis,
terutama bagi para pemula dan menjadi keluh kesah sebagai alasan antara lain:
a. Tak berbakat menulis
b. Tidak memiliki waktu
c. Tidak memiliki ide
d. Tidak mau dikritik
e. Tidak suka menulis
Ibu
Narasumber mengajak kita untuk mengubah mindset kita. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan,
memiliki visi
dan misi hidup kita di dunia sehingga akan
menumbuhkan gairah menulis. Berproses menulis atau berlatih mendorong untuk
selalu menulis, untuk memenuhi kebutuhan menulis. Dengan demikian passion
menulis selalu tumbuh dan terpupuk terus.
Tentang
waktu menulis, adalah kapan saja. Ketika menulis sudah menjadi suatu kebutuhan,
maka kapanpun dan dimanapun menulis akan menjadi bagian dari diri kita. Ketika
menulis menjadi sebah kebutuhan, maka jika belum menulis akan merasakan sesuatu
yang kurang. Layaknya makan merupakan sebuah kebutuhan dalam hidup kita, maka
kita akan memenuhinya pada jam-jam tertentu ataupun dimana kita menemui makanan
maka kita pun akan menyantapnya.
Demikian
juga tentang menulis... dimanapun ada ide muncul, tentu menjadi sasaran yang
empuk untuk dituliskan. Ah....
Alangkah indahnya... semoga suatu
saat nanti aku pun juga terhanyut ke sana... menjadikan menulis ini sebuah
kebutuhan dalam diriku.
Motivasi menulis dari Bapak/ Ibu Narasumber, sangat
menggelitik diriku. Dari Om Jay, Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang
akan terjadi”. Super keren....
Membangun sebuah komitmen memang
butuh perjuangan. Terutama di awal-awal. Lalu aku pun jadi merefleksikan hal
ini tentang sedikit aktivitasku di pagi hari. Dulu aku tak pernah bergerak,
olah raga, senam ,atau lainnya sama sekali. Badanku tiap pagi pegal-pegal
semua. Hingga akhirnya aku termotivasi untuk menstabilkan berat badanku
setidaknya. Lagi-lagi karena dokter menjelaskan dampak hipertensi yang tak
terkendalikan. Aku memutuskan untuk bergerak jalan pagi hari sebelum matahari
terbit agar tidak mengganggu aktivitas ke sekolah. Sungguh perjuangan yang
lumayan sulit. Setiap pukul 04.45 wib aku keluar rumah menuju alun-alun
Wonosari. Berjalan kaki berputar mengelilingi alun-aluan setidaknya 2 kali.
Lama-lama meningkat 4 kali. Dan sampai saat ini keliling 4 x ditambah 1 kali
senam sekitar 5 menit. Tanpa terasa aku telah melakukannya 1 tahun. Jalan pagi telah menjadi
kebutuhanku. Badanku lebih segar, jarang masuk angin, berat badanku lebih stabil, dan boleh dibilang
mengalami penurunan walaupun sedikit.
Demikian
juga yang menjadi motto Ibu Kanjeng, “Bersemangat menggapai ridha Allah dengan berbagi dan
silahturahmi”, juga menggelitik hatiku.
Alangkah mulianya bisa menggapai hal itu. Alangkah mulianya berbagi itu.
Alangkah mulianya bersilaurahmi itu. Sebuah hidup yang benar-benar hidup. Lalu
akupun menjadi teringat lirik lagu, “ Hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini
untuk melayani Tuhan. Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan beri. Hidup ini harus
jadi berkat”.
Berikut Langkah-langkah menulis, yang disampaikan dari Ibu Kanjeng, untuk menjadi penulis yang baik maka haruslah banyak membaca buku, baik bersifat umum maupun spesifik. Hal ini penting karena ide dan gagasan seringkali muncul saat kita mendialektikakan bahan bacaan yang kita baca dengan bacaan orang lain atau dengan diri kita sendiri. Bahkan bila diperlukan, ada baiknya kita memiliki mentor menulis yang tepat.
Langkah-langkah
dalam persiapan menulis:
a.
Menggali dan Menemukan Gagasan/Ide
Kegiatan ini bisa dilakukan melalui pengamatan baik terhadap kejadian
atau peristiwa yang terjadi, imajinasi, dan kajian pustaka.
Untuk mempermudah proses penemuan ide, cara efektif yang dapat digunakan
adalah melalui brainstorming.
Sasaran pembaca akan menjadi bahan pertimbangan
penting dalam menentukan warna tulisan. Selain itu, kita harus memastikan bahwa
tulisan yang kita hasilkan akan marketable
Kerangka tersebut menunjukkan gambaran materi yang akan ditulis. Menulis
outline cukup dengan garis besarnya saja.
Karakteristik outline yang baik memiliki kesederajatan yang logis,
kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan.
Dalam menulis
memerlukan sumber
bacaan lain untuk memperkaya perspektif dan referensi. agar semakin banyak ide atau gagasan yang dapat
dikembangkan. Apabila sudah menemukan
topik, maka bahan bacaan yang dikumpulkan sesuai dengan topik yang sudah
ditentukan
Selain hal di atas
menurut Ibu Kanjeng, menulis itu harus sabar,
tulislah
semampu kita terlebih dahulu, jangan berfikir harus
sempurna, dan jangan terlalu idealis.
Terimakasih Ibu
Kanjeng, atas pencerahannya ini. Perlu sekali saya praktikkan untuk mengajak
jari-jemari menulis hal-hal semampuku dahulu.
Dalam menyelesaikan naskah ada 3 tahapan yang perlu dilalui, antara lain:
1.
Editing.
Tahapan ini dilakukan
dengan membaca ulang apa yang sudah ditulis, dan menyempurnakan draf yang ada.
2.
Revising
Tahapan ini dengan
mengubah beberapa naskah yang dirasa kurang, dengan melengkapi naskah tersebut
dan mengevaluasi kembali naskah untuk menihilkan kesalahan tulisan.
3.
Publising
Tahapan terakhir, yaitu dengan mengirimkan naskah, proses pencetakan, promosi, dan distribusi.
Banyak peserta antusian
untuk melayangkan pertanyaan kepada Ibu
Kanjeng selaku narasumber. Pertanyaan pada
pelatihan semalam sekitar 33
buah. Pertanyaan telah terjawab langsung sebanyak 23 pertanyaan, dan yang belum
akan diberikan jawaban via wapri. Tanya Jawab malam ini berkisar tentang ide
untuk fokus menulis, Bagaimana menumbuhkan passion menulis, Penyusunan / sistematika menulis.
Sayang, seribu sayang penatnya kegiatan pada siang hari membawaku tertidur sebelum pukul 19.00 dan terjaga pada pukul 19.45. Aku jadi ingat komitmen yang telah aku goreskan dalam sudut hatiku untuk mengikuti diklat ini. Aku scroll WA pelatihan dengan terkantuk-kantuk dan belum bisa menuntaskan resum ini. Malam semakin larut....sambil mendengarkan jawaban-jawaban dari Ibu Kanjeng serangan kantuk semakin gencar. Di atas kursi aku tertidur. Suara bujangku membangunkan. “ Ibu,.... pindah ke kamar”.
Kubawa dalam tidurku pesan yang amat berarti dari narasumber malam ini, Ibu Sri Sugiastuti, M.Pd. atau yang dikenal dengan nama Ibu Kanjeng.
Tetap bertahan dalam komunitas menulis, dan mengubah minseat, bahwa menulis menjadi kebutuhan apalagi sebagai guru, sehingga menjadi lega dan bahagia. Sinergi dan kolaborasi diperlukan untuk pengembangan.
Esok hari dan sampai kapan pun nanti pesan ini tetap berkumandang dan membakar semangat untuk menulis dan berkarya....
Terimakasih, Ibu Kanjeng....
Salam hormat untuk Ibu, semoga sehat selalu, tetap berkarya, dan berbagi ilmu!
Terimakasih dan salam hormatku, Ibu Kanjeng....
Cakep bu Parni..🥰👍
BalasHapusMakasih Ibu Dwi...pingin belajar Ibu Dwi...yg super keren
HapusKeren Bunda
BalasHapusMantap Bu semangat dan masukan jangan di tulis 2 menjadikan Menulis sebagai passion ,👍
BalasHapusaku kurang paham masukan, maksudnya jangan di tulis 2... bisakah dijelaskan...makasih
HapusIjem - ijem.. cemungut sanget..
BalasHapusMantap bu Parny...semangat buat kita yg ingin terua belajar...
BalasHapusMantap, lanjut Bu ...
BalasHapussudah luar biasa resumenya bu,
BalasHapus