Rabu, 19 Januari 2022

Menjadikan Menulis sebagai Passion

 

Resum : Pelatihan Belajar Menulis 

Pertemuan : 2, Gelombang 23 dan 24

Narasumber : Ibu Sri Sugiastuti, M.Pd. (Ibu Kanjeng)

Moderator : Helwiyah

"Menjadikan Menulis Sebagai Passion"

Kita semua tentu tahu, bahwa manusia hidup memiliki kebutuhan pokok, berupa pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan tersebut tak dapat ditunda-tunda pemenuhannya. Seandainya kebutuhan tersebut kita tunda apakah yang akan kita alami? Misalkan kebutuhan makan. Tanpa makan kita akan kelaparan. Ujung-ujungnya kita tak mampu melakukan aktivitas apapun.

          Hari ke- 2 diklat belajar menulis, narasumber  Ibu Sri Sugiastuti, M.Pd. mengajak kita untuk menjadikan menulis suatu kebutuhan. Dengan demikian kita harus memenuhi kebutuhan itu. 

"Menjadikan Menulis Sebagai Passion", Karena suatu gairah itu tidak akan pernah padam, selalu membakar kita untuk selalu  menulis dan menulis. Tanpa menulis, maka sesuatu menjadi kurang....

Orang yang memiliki gairah biasanya kreatif, penuh semangat dan selalu bahagia karena memiliki banyak harapan... Kebahagiaan yang dimiliki memotivasi untuk selalu berkarya dengan tanpa beban.

Kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki, talenta yang Tuhan berikan, harus bangga dengan potensi diri yang dimiliki. Tindak lanjutnya adalah

mengasah dan melejitkan potensi tersebut seoptimal mungkin.

Menulis Menjadi Passion yang menjanjikan, kemampuan menulis ini dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir, hingga saat ini, profesi penulis adalah salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara social.

          Di sisi lain banyak kendala dan hambatan dalam menulis, terutama bagi para pemula dan menjadi keluh kesah sebagai alasan antara lain:

a.    Tak berbakat menulis

b.    Tidak memiliki waktu

c.    Tidak memiliki ide

d.    Tidak mau dikritik

e.    Tidak suka menulis

 

Ibu Narasumber mengajak kita untuk mengubah mindset  kita. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan, memiliki visi dan misi hidup kita di dunia sehingga akan menumbuhkan gairah menulis. Berproses menulis atau berlatih mendorong untuk selalu menulis, untuk memenuhi kebutuhan menulis. Dengan demikian passion menulis selalu tumbuh dan terpupuk terus.

Tentang waktu menulis, adalah kapan saja. Ketika menulis sudah menjadi suatu kebutuhan, maka kapanpun dan dimanapun menulis akan menjadi bagian dari diri kita. Ketika menulis menjadi sebah kebutuhan, maka jika belum menulis akan merasakan sesuatu yang kurang. Layaknya makan merupakan sebuah kebutuhan dalam hidup kita, maka kita akan memenuhinya pada jam-jam tertentu ataupun dimana kita menemui makanan maka kita pun akan menyantapnya.

Demikian juga tentang menulis... dimanapun ada ide muncul, tentu menjadi sasaran yang empuk untuk dituliskan. Ah....

Alangkah indahnya... semoga suatu saat nanti aku pun juga terhanyut ke sana... menjadikan menulis ini sebuah kebutuhan dalam diriku.

            Motivasi menulis dari Bapak/ Ibu Narasumber, sangat menggelitik diriku. Dari Om Jay, Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang akan terjadi”. Super keren....

Membangun sebuah komitmen memang butuh perjuangan. Terutama di awal-awal. Lalu aku pun jadi merefleksikan hal ini tentang sedikit aktivitasku di pagi hari. Dulu aku tak pernah bergerak, olah raga, senam ,atau lainnya sama sekali. Badanku tiap pagi pegal-pegal semua. Hingga akhirnya aku termotivasi untuk menstabilkan berat badanku setidaknya. Lagi-lagi karena dokter menjelaskan dampak hipertensi yang tak terkendalikan. Aku memutuskan untuk bergerak jalan pagi hari sebelum matahari terbit agar tidak mengganggu aktivitas ke sekolah. Sungguh perjuangan yang lumayan sulit. Setiap pukul 04.45 wib aku keluar rumah menuju alun-alun Wonosari. Berjalan kaki berputar mengelilingi alun-aluan setidaknya 2 kali. Lama-lama meningkat 4 kali. Dan sampai saat ini keliling 4 x ditambah 1 kali senam sekitar 5 menit. Tanpa terasa aku telah melakukannya  1 tahun. Jalan pagi telah menjadi kebutuhanku. Badanku lebih segar, jarang masuk angin,  berat badanku lebih stabil, dan boleh dibilang mengalami penurunan walaupun sedikit.

          Demikian juga yang menjadi motto Ibu Kanjeng, “Bersemangat menggapai ridha Allah dengan berbagi dan silahturahmi”, juga menggelitik hatiku. Alangkah mulianya bisa menggapai hal itu. Alangkah mulianya berbagi itu. Alangkah mulianya bersilaurahmi itu. Sebuah hidup yang benar-benar hidup. Lalu akupun menjadi teringat lirik lagu, “ Hidup ini adalah kesempatan. Hidup ini untuk melayani Tuhan. Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan beri. Hidup ini harus jadi berkat”.

         Berikut Langkah-langkah menulis, yang disampaikan dari Ibu Kanjeng, untuk menjadi penulis yang baik maka haruslah banyak membaca buku, baik bersifat umum maupun spesifik. Hal ini penting karena ide dan gagasan seringkali muncul saat kita mendialektikakan bahan bacaan yang kita baca dengan bacaan orang lain atau dengan diri kita sendiri.  Bahkan bila diperlukan, ada baiknya kita memiliki mentor menulis yang tepat. 

Langkah-langkah dalam persiapan menulis:

  a.      Menggali dan Menemukan Gagasan/Ide

Kegiatan ini bisa dilakukan melalui pengamatan baik terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi, imajinasi, dan kajian pustaka.

Untuk mempermudah proses penemuan ide, cara efektif yang dapat digunakan adalah melalui brainstorming.

 b.  Menentukan Tujuan, Genre, dan Segmen Pembaca

Sasaran pembaca akan menjadi bahan pertimbangan penting dalam menentukan warna tulisan. Selain itu, kita harus memastikan bahwa tulisan yang kita hasilkan akan marketable

 c.   Menentukan Topik

 d.  Membuat Outline

Kerangka tersebut menunjukkan gambaran materi yang akan ditulis. Menulis outline cukup dengan garis besarnya saja.

Karakteristik outline yang baik memiliki kesederajatan yang logis, kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan.

 e.  Mengumpulkan Bahan Materi / Buku

Dalam menulis memerlukan sumber bacaan lain untuk memperkaya perspektif dan referensi. agar semakin banyak ide atau gagasan yang dapat dikembangkan. Apabila sudah menemukan topik, maka bahan bacaan yang dikumpulkan sesuai dengan topik yang sudah ditentukan

Selain hal di atas menurut Ibu Kanjeng, menulis itu harus sabar, tulislah semampu kita terlebih dahulu, jangan berfikir harus sempurna, dan jangan terlalu idealis.

Terimakasih Ibu Kanjeng, atas pencerahannya ini. Perlu sekali saya praktikkan untuk mengajak jari-jemari menulis hal-hal semampuku dahulu.

Dalam menyelesaikan naskah ada 3 tahapan yang perlu dilalui, antara lain:

 1.      Editing.

Tahapan ini dilakukan dengan membaca ulang apa yang sudah ditulis, dan menyempurnakan draf yang ada.

 2.     Revising

Tahapan ini dengan mengubah beberapa naskah yang dirasa kurang, dengan melengkapi naskah tersebut dan mengevaluasi kembali naskah untuk menihilkan kesalahan tulisan.

  3.     Publising

Tahapan terakhir, yaitu dengan mengirimkan naskah, proses pencetakan, promosi, dan distribusi.

Banyak peserta antusian untuk melayangkan  pertanyaan kepada Ibu Kanjeng selaku narasumber. Pertanyaan  pada  pelatihan semalam  sekitar 33 buah. Pertanyaan telah terjawab langsung sebanyak 23 pertanyaan, dan yang belum akan diberikan jawaban via wapri. Tanya Jawab malam ini berkisar tentang ide untuk fokus menulis, Bagaimana menumbuhkan passion menulis,  Penyusunan / sistematika menulis.  

          Sayang, seribu sayang penatnya kegiatan pada siang hari membawaku tertidur sebelum pukul 19.00 dan terjaga pada pukul 19.45. Aku jadi ingat komitmen yang telah aku goreskan dalam sudut hatiku untuk mengikuti diklat ini. Aku scroll WA pelatihan dengan terkantuk-kantuk dan belum bisa menuntaskan resum ini. Malam semakin larut....sambil mendengarkan jawaban-jawaban dari Ibu Kanjeng serangan kantuk semakin gencar. Di atas kursi aku tertidur. Suara bujangku membangunkan. “ Ibu,.... pindah ke kamar”.

         Kubawa dalam tidurku pesan yang amat berarti dari narasumber malam ini, Ibu Sri Sugiastuti, M.Pd. atau yang dikenal dengan nama Ibu Kanjeng. 

Tetap bertahan dalam komunitas menulis, dan mengubah minseat, bahwa menulis  menjadi kebutuhan apalagi sebagai guru, sehingga menjadi lega dan bahagia. Sinergi dan kolaborasi diperlukan untuk pengembangan.

Esok hari dan sampai kapan pun nanti pesan ini tetap berkumandang dan membakar semangat untuk menulis dan berkarya.... 

Terimakasih, Ibu Kanjeng....

Salam hormat untuk Ibu, semoga sehat selalu, tetap berkarya, dan berbagi ilmu!

Terimakasih dan salam hormatku, Ibu Kanjeng....

9 komentar:

  1. Balasan
    1. Makasih Ibu Dwi...pingin belajar Ibu Dwi...yg super keren

      Hapus
  2. Mantap Bu semangat dan masukan jangan di tulis 2 menjadikan Menulis sebagai passion ,👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku kurang paham masukan, maksudnya jangan di tulis 2... bisakah dijelaskan...makasih

      Hapus
  3. Mantap bu Parny...semangat buat kita yg ingin terua belajar...

    BalasHapus
  4. sudah luar biasa resumenya bu,

    BalasHapus