Selasa, 18 Januari 2022

 

Tanggap Ing Sasmita

 

        Alarm hpku saat pagi hari berdering berulang. Pengingat waktu untuk bangun pagi, pertanda sudah pukul 03.00. Aku segera menuju kamar mandi, untuk mencuci muka. Kurasakan badanku terasa segar, meski semalam mengikuti kelas diklat menulis hingga pukul 22.30. Biasanya aku sudah tiga jam untuk tidur. Tapi semalam kusempatkan juga diriku berkunjung ke blog yang diposting teman-teman. Rasanya aku ingin menyempatkan diri membaca karya teman-teman. Meski kadang aku masih lupa pencet untuk posting komentar, karena memang aku masih belajar dan pemula menggunakan blog. Maafkan aku teman-teman seandainya ada yang terlewatkan untuk memberi komentar. 

        Pagi ini aku berhasrat menyiapkan latihan soal untuk siswa kelas lima. Wali kelas 5 di sekolah telah purna sejak bulan Juli lalu. Itu saja, beliau dengan senang hati membantu melanjutkan ketugasan mendampingi hingga 1 semester, yaitu bulan Desember. Semoga hal ini menjadi  amal ibadahmu kawan....

         Sebagai Kepala Sekolah, kelas yang kosong menjadi tanggungjawabku. Aku mengajar  sambil menunggu kedatangan guru P3K yang baru memasuki tahapan pemberkasan. Semoga segera teratasi kekurangan guru ini. 

         Pagi tadi, para siswa sudah berdatangan bagi mereka yang belajar pada gelombang 1. Namun anak-anak ini tidak ada yang piket. Setelah doa dan menyanyikan Lagu Indonesia Raya, maka aku pun memberikan penjelasan kepada siswa agar peduli lingkungan, melaksanakan kewajiban di sekolah. Dan terlebih itu, saya ajak untuk selalu tanggap ing sasmita atau peka akan keadaan. 

Rasa-rasanya kepekaan itu sudah terkikis saat ini. 

Jaman dahulu, ketika guru datang di sekolah banyak anak-anak berebut untuk membantu membawakan tas guru. Senang dan bangga rasanya dapat berbuat untuk guru sebagai orang yang dihormati. Ketika kelas kotor siswa membersihkannya tanpa ada perintah. 

Tapi untuk kondisi sekarang rasanya jadi pemandangan yang aneh bila mengerjakan hal seperti itu. Rasa peka yang semakin memudar ini perlu diasah kembali.

Bagaimana caranya? Tentu saja melalui pembiasaan-pembiasan atau melaksanakan pembentukan karakter kepada siswa.

Anak-anak harus tahu dan mau mengerjan kewajibannya. Misal ada guru menyapu, anak bisa mengambil alih tugas tersebut.

            Baik keteladanan dalam mengerjakan sesuatu atau memberikan nasehat bagi siswa itu yang dapat aku lakukan.  Anak-anakpun tampaknya sedikit sedikit mulai mengerti apa yang aku disampaikan. Guru harus pandai-pandai memberikan motivasi maupun keteladanan untuk menumbuhkan karakter mereka, sehingga generasi muda kita akan tumbuh kembang, seimbang baik segi pengetahuan, sikap maupun keterampilannya.

Ayo anak-anak pekalah terhadap situasi yang ada.

Tanggap ing sasmita, itulah ungkapan orang jawa...

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar